Dalam agama hindu, upacara untuk bayi meninggal dilakukan berbeda dengan upacara pada orang dewasa yang sudah meninggal. Dalam lontar Yama Tatwa disebutkan bahwa bayi yang sudah lahir namun meninggal sebelum mencapai umur 42 hari, haruslah dikubur pada saat itu juga tanpa memerlukan dewasa khusus. Selanjutnya jika pada orang dewasa yang meninggal dilakukan upacara ngaben, maka pada bayi yang meninggal sebelum usia 42 hari tersebut tidak diaben, hanya melakukan upacara nyapuh gumukan. Sedangkan jika bayi yang meninggal sudah berusia diatas 42 hari namun belum meketus / tanggal gigi, maka dilakukan upacara Ngelungah. Ngelungah disebut juga Ngasturi yaitu rangkaian upacara ngaben dan memukur yang dijadikan satu kesatuan, sehingga jika sudah ngelungah tidak perlu lagi upacara memukur karena pada saat ngelungah sudah menggunakan don bingin. Jika ada anak kecil yang meninggal dan sudah pernah meketus / tanggal gigi, maka pada anak tersebut dilakukan upacara ngaben dan memukur sama seperti orang dewasa.
Jika ada ibu - ibu yang keguguran dan sudah berupa janin, maka janin tersebut haruslah dikubur pada saat itu juga. Tidak diperbolehkan menginapkan mayat janin atau bayi di rumah. Penguburan tersebut dilakukan tanpa memerlukan dewasa dan tanpa membunyikan kulkul banjar, atau disitilahkan ngemaling dan tidak memerlukan upakara khusus, cukup dengan canang sari saja. Sedangkan bagi orang tua yang bayinya meninggal berlaku cuntaka yang berbeda, untuk sang ibu cuntaka selama 42 hari dan si bapak selama 12 hari.
Oleh : Ida Pedanda Made Gede Gunung
0 Comments