Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, menarik napas panjang saat dikonfirmasi soal video bule naik dan duduk di atas Palinggih Padmasana Pura Gelap Besakih, Karangasem, Bali, Rabu (18/4/2018) siang.
Setelah itu barulah ia memberikan tanggapan.
"Itu dah kalau kita berikan tamu masuk ke pura pasti akan ada kejadian seperti ini. Kan dari dulu kita sudah mengimbau jangan dikasi tamu masuk ke pura, sampai kita PHDI berkelahi dengan guide-nya waktu itu di Besakih," kata Sudiana.
Ia menambahkan, jika tamu diberikan masuk ke pura pasti akan ada kejadian yang disengaja maupun tidak yang menodai kesucian pura.
"Kita Parisadha sampai berbusa mengimbau, bahkan pemerintah juga sudah. Jangan dibiarkan masuk pura kalau bukan untuk sembahyang. Kalau di luar negeri motret pura dari dalam aja tidak boleh," imbuhnya.
Sudiana mengatakan, di Besakih seakan ada pembiaran tamu masuk pura.
Akan tetapi saat dirinya di sana, tak ada yang berani mengajak tamu masuk ke dalam pura.
Ketika dirinya sudah pergi tamunya diberikan masuk ke dalam pura.
"Nah sekarang kalau sudah ada kejadian seperti ini siapa yang disalahkan? Mau mereka yang jadi guide bertanggung jawab? Kan yang bertanggung jawab akhirnya pengempon pura yang akan capek," katanya.
Jika memang apa yang terjadi di video tersebut benar, maka ia meminta agar imbauan atau saran dari PHDI maupun pemerintah untuk melarang tamu masuk pura kecuali untuk keperluan sembahyang benar-benar dilaksanakan.
"Pura itu digembok. Jangan biarkan tamu masuk kecuali untuk sembahyang. Seperti di Uluwatu kan bagus dibuatkan tempat di luar pura, jadi aman puranya," kata Sudiana.
Kalau tidak ada keperluan sembahyang, tamu tidak diizinkan masuk areal pura. "Jika ada yang melanggar dan masuk pura langsung kena sanksi. Tiang lihat tempat wisata di Bali ini rawan dengan penodaan-penodaan," ujar Rektor IHDN Denpasar ini.
Ia juga mengatakan ini merupakan tantangan bagi pengempon pura untuk mengatur tamu agar tidak masuk ke pura kecuali untuk sembahyang.
"Kalau ada sanksinya bagaimana. Kalau kemudian Bendesa Besakih, Pemerintah Karangasem, tidak bisa tegas, siapa suruh menyelamatkan pura dan menjaga kesucian pura kalau tidak kita?" imbuh Sudiana.
Ia juga mengatakan, semestinya Padmasana tidak diisi tangga permanen sebagaimana yang ada di Padmasana Pura Gelap.
"Kan banyak juga tamu yang suka cari sensasi sekarang. Dan Padmasana mestinya tidak ada yang dikasi tangga seperti itu. Kalau ada odalan baru diisi, selesai odalan dilepas," katanya.
Adapun aturan tentang penodaan pura tersebut sudah ada di dalam awig-awig masing-masing desa adat.
Akan tetapi realisasinya tidak bisa mengenai orang luar secara langsung.
"Awig-awig masing-masing desa adat sudah ada, cuma realisasinya tidak bisa mengenai orang lain secara langsung. Pokoknya ada uraian bagi yang menodai kesucian pura keni pamidanda sekian-sekian. Itu tergantung masing-masing desa adat," tandasnya.
Akan tetapi dirinya berharap Umat Hindu tidak mudah emosi menanggapi hal ini.
"Atas kejadian ini saya mohon umat Hindu tidak terpancing emosinya. Kalau terpancing emosinya, kita akan dibuat capek seperti ini terus," pintanya. (*)
0 Comments