Makna Simbol Ular dalam Hindu. India adalah rumah bagi beberapa binatang mematikan, ular berbisa, termasuk ular kobra. Kematian akibat gigitan ular adalah penyebab kematian paling umum di India. India juga dikenal dengan atraksi ular kobra. Obat ajaib dengan gigitan ular masih dipraktekkan di daerah terpencil di India. India kuno, Ular sangat ditakuti dan dihormati. Tradisi masih berlanjut. Umat Hindu menghormati ular di kuil serta di habitat alami dengan mempersembahkan susu, dupa, dan doa. Dalam agama Kristen ular melambangkan kejahatan atau Iblis. Dalam agama Hindu secara simbolis dimaknai jauh lebih kompleks. Dalam ritual Hindu dan tradisi spiritual, ular bukanlah makhluk jahat tetapi mewakili keabadian serta materialitas, kehidupan serta kematian,waktu serta keabadian. Ini melambangkan tiga proses penciptaan, yaitu penciptaan, kehidupan dan kematian.
Anda akan menemukan banyak referensi tentang dewa ular di cerita rakyat dan sastra Hindu. Umat Hindu disekitar sunga Sindu banyak menyembah ular. Mereka juga menghormati kedua Dewa Hindu; Wisnu dan Siwa dan beberapa dewa lainnya, termasuk Indra, yang mengendarai gajah disebut Nagendra atau penguasa ular. Dalam Purana menyebutkan ada beberapa dewa ular besar seperti Kadru, Manasa, Vinata dan Asitka. Vasuki (Naga Basuki), memainkan peran penting dalam proses pemutaran lautan.
Berikut ini adalah makna simbolik yang paling umum yang terkait dengan ular dalam agama Hindu.
1. Ananta, Tidak terbatas/Kekekalan
Dalam Bhagavadgita, Krishna mengatakan, “Di antara ular saya adalah Ananta.” Ananta atau Adisesha adalah ular ilahi yang tak terbatas dengan lilitan tak berujung di lautan penciptaan, di mana Narayana (Brahman) duduk ditasnya. Ananta mewakili materialitas abadi yang tak terbatas atau energi dasar (Prakriti). Ananta juga dikenal dengan nama Adishesa. Oleh karena itu, Dewa Wisnu disebut Anantasayana (yang berbaring diatas naga Ananta)
2. Keinginan/Nafsu (Kama)
Dalam arti rohani, ular merupakan keinginan. Sama seperti orang-orang yang digigit ular rentan terhadap penderitaan dan kematian, mereka yang dipengaruhi oleh keinginan akan mengalami siklus kelahiran dan kematian. Penderitaan karena memenuhi keinginan-keinginan sama seperti racun ular. Anda akan aman jika Anda memegang racun yang ada di tenggorokan Anda seperti Dewa Siwa dan tidak membiarkannya mempengaruhi tubuh atau pikiran Anda. Lilitan ular melambangkan keinginan yang berubah-ubah dan membuat orang terikat karma mereka. Hasrat seksual sering dilambangkan sebagai Ular dalam agama Hindu.
3. Benang suci dan ornamen keilahian
Dalam gambar dewa-dewi Hindu, seperti Ganesha, ular digambarkan sebagai benang suci (upavitam) yang dikenakan di tubuh. Benang dalam bentuk ular mewakili kemurnian (sattvam) dari tubuh, pengetahuan Veda, kesempurnaan dalam perkataan, dan pengendalian diri. Dalam ikonografi Saivism, ular juga berfungsi sebagai ornamen untuk dewa dan dewi.
4. Energi Kundalini
Energi Kundalini tersembunyi di Chakra muladhara disimbolkan seperti ular melingkar. Untuk mengaktifkan Kundalini dengan cara melakukan pertapaan, pemurnian dan praktek lainnya. Kemudian energi kundalini itu naik secara bertahap melalui chakra lebih tinggi hingga mencapai Sahasrara Cakra, dimana yogi mengalami pencerahan dan kebahagiaan tertinggi.
5. Tamas, kecenderungan destruktif
Dalam agama Hindu ada tiga jenis energi, energi penciptaan diwakili oleh raja, energi pemeliharaan diwakili oleh sattva, dan energi destruktif yang diwakili oleh tamas. Mereka juga dikenal sebagai kekuatan sentripetal, menyeimbangkan dan sentrifugal alam semesta. Semua gerak dan aktivitas di alam semesta muncul dari mereka. Ular menjadi salah satu binatang berbisa yang mematikan. Dewa shiva sebagai dewa pelebur alam semesta secara simbolis mewakili sifat tamas.
6. Perkataan yang menyakitkan.
Seperti ular, perkataan dapat menyakiti, penyebab rasa sakit, penderitaan dan kematian bahkan sumpah, kutukan dan nyanyian magis. Ular menghiasi leher Siwa merupakan simbol kekuatan perkataan yang berbisa. Sumber perkataan adalah tenggorokan. Dewa Siwa mengendalikan racun (perkataan beracun) dan mencegah keluar dan menyakiti orang lain.
7. Kemalangan
Gigitan ular membawa kesengsaraan dan penderitaan untuk keluarga karena kematian ternak atau anggota keluarga, ular berhubungan dengan nasib buruk atau kemalangan. Hal ini juga digambarkan dalam permainan ular tangga yang diciptakan di India kuno.
8. Naga
Kitab Hindu menyebutkan tentang Naga yang merupakan makhluk setengah ilahi yang tinggal di dunia bawah tanah, yang dikenal sebagai Patala. Mereka melindungi harta tersembunyi di bumi dan memiliki kemampuan untuk mengasumsikan bentuk manusia. Secara alami mereka baik, tetapi mereka dapat menjadi destruktif dan dendam jika tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan baik. Hindu percaya bahwa beberapa jenis kutukan dan mantra yang timbul dari dewa ular dapat mengakibatkan kematian, sakit, musibah, kehilangan keturunan, atau tidak memiliki anak dan harus melakukan pemurnian dan ritual penebusan.
9. Kala,Waktu atau Kematian.
Ular mewakili kematian, kematian tak terduga atau kematian yang timbul dari kemalangan. Veda memuji Rudra atau Siwa sebagai penyembuh, dewa obat-obatan yang melindungi dan menyelamatkan para pemujanya dari kematian dan kehancuran yang disebabkan oleh gigitan ular. Ular dilambangkan sebagai panah, merusak dan mematikan yang digunakan dalam peperangan. Hindu percaya adanya Kala (Bhuta Kala) yang juga dikenal sebagai Waktu. Kala memakan segalanya. Semua eksistensi bagi-Nya adalah makanan. Ular melambangkan Kala atau Waktu.
10. Prana.
Naga sering digunakan dalam teks-teks Hindu, mengacu pada napas keluar (apana) atau yang yang dikeluarkan melalui mulut dan lubang lainnya dalam tubuh seperti bersendawa. Sama seperti ular bergerak di bagian bawah bumi, apana bergerak dalam tubuh melalui berbagai saluran dan melalui lubang di tubuh. Sama seperti napas yang keluar melalui mulut, ular juga kadang-kadang keluar dari bagian bawah tanah. Sebagai pemimpin dari indera, prana mendistribusikan makanan untuk semua organ. Karena itu ular sebagai simbol prana yang kekal dan tidak bisa dihancurkan.
Kata naga juga digunakan dalam literatur Hindu untuk menyebut orang-orang terkemuka (nagadhipa), nama-nama tempat tertentu, nama gajah perkasa (Nagendra), perempuan gajah (naganjana), Ganesha (naganana), pohon harum (nagakesara), bahan kimia (nagajam), batu-batu berharga (nagamani), festival (nagapancami), bunga (nagamalli), gajah penangkap (nagabandhaka), sebuah dunia bawah tanah (nagalokam), seorang gadis ular (nagakanya), dan sebagainya.
dari berbagai sumber
0 Comments