Jenazah Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta alias Gus Maiz (32), dipastikan akan dikubur massal.
Jenazah korban Tsunami Palu itu dinyatakan dalam kondisi yang sudah membusuk. Karena keadaan, maka jenazah anggota Satlantas Polres Palu itu tidak jadi dipulangkan.
Kepastian tidak ada pemulangan jenazah ini disampaikan, Ayah Gus Maiz, I Gusti Kade Sukadana (57).
Gus Sukadana menyatakan, bahwa jenazah anaknya tidak dapat dipulangkan.
Padahal, dalam bulan ini ada dua hari baik (4 dan 10 Oktober) yang telah direncanakan untuk prosesi pelebonan (ngaben,red).
Karena itu, pihaknya pun hanya bisa pasrah dan ikhlas, jenazah anaknya dikubur massal.
"Kami keluarga ikhlas karena kondisi memang seperti itu," ucap Sukadana saat ditemui di Mapolres Jembrana, Senin (1/10/2018).
Pagi kemarin, Sukadana dan saudaranya berkunjung ke Mapolres Jembrana.
Ia ditemui oleh Wakapolres Jembrana, Kompol I Komang Budiartha.
Dimana, dalam pertemuan, dipastikan bahwa jenazah tidak bisa dipulangkan.
Itu juga sebagai perlindungan terhadap korban selamat, supaya tidak menimbulkan penyakit bagi warga yang selamat.
Sukadana melanjutkan, meski dikubur massal, pihaknya meminta (tanpa mengurangi rasa hormat) supaya anaknya dikuburkan secara keyakinannya, Hindu Bali.
Sebelum nantinya, pihak keluarga melakukan prosesi upacara adat Hindu di Jembrana.
Ada dua prosesi yang akan ditempuh, keluarganya untuk pelebonan anaknya.
Ya saya cuma minta anak saya dikubur massal dengan cara agama Hindu. Ini bukan bermaksud bagaimana. Tapi saya mohon," harapnya sembari kembali menitikan air mata.
Ke depannya, mengenai prosesi pelebonan, maka keluarga akan merembukkan kembali.
Ia dan keluarga akan berbicara dengan penglingsir di Griya terlebih dahulu.
Apakah nanti akan dilakukan prosesi Ngangkit Watang atau Ngulapin.
Nah, untuk dua proses ini, maka keluarga akan berembuk dengan Ratu Pranda di Griya.
"Ya nanti minta petunjuk sulinggih di Griya. Kami rembukan dulu (ngangkit watang atau ngulapin)," jelasnya.
Sementara itu, WakaPolres Jembrana, Kompol I Komang Budiartha menuturkan, bahwa banyak kendala dan hambatan dalam pemulangan jenazah.
Sehingga tidak dapat dilakukan pemulangan dan jenazah dikubur massal.
Maka hanya dilakukan BAP terhadap jenazah.
Nantinya, pun akan didokumentasikan oleh rekan Polri di Palu.
Dokumentasi ini sebagai bukti untuk mengetahui, dimana lokasi kuburan jenazah. Atau sebagai bukti untuk keluarga korban.
"Nanti sudah ada (anggota Polri) yang akan mengirim dokumentasi," katanya.
Kendala pengiriman itu, sambungnya, dikarenakan memang jenazah sudah busuk. Dalam UU karantina, ketika kondisi busuk, maka dilarang pengiriman.
Apalagi, waktu pelebonan di tanggal 4 Oktober, dua hari lagi, juga tidak mungkin bisa dilakukan.
Informasi oleh Tim evakuasi yang didapat pihaknya pun, bahwa jenazah sudah harus dikuburkan.
"Melihat kondisi jenazah sudah busuk harus segera dikuburkan. Situasi di sana tidak memungkinkan untuk pemulangan jenazah," ungkapnya.
Budiartha menyebut, yang tidak memungkinkan dalam pengiriman jenazah itu juga karena, akses jalan yang tidak dapat dilalui.
Akses bandara pun, setelah turun dari bandara, masih harus menempuh enam jam perjalanan darat.
Celakanya, dalam perjalanan darat pun cukup susah.
Seperti masih banyaknya reruntuhan, kondisi macet dan kendala lainnya.
Sehingga, jenazah akan dikuburkan massal, dijadwalkan sore ini .
"Pengurburan informasinya di satu tempat tapi berbeda dalam upacara dan pendoaan (pemuka agama masing-masing) berbeda. Ada penguburan Muslim dan Non Muslim," tukasnya.
Budiartha menegaskan lagi, bahwa sinyal dan jaringan di Palu saat ini masih tidak bagus.
Pihaknya pun berusaha supaya, jenazah Gus Maiz, paling tidak terdokumentasikan. Dokumentasi penguburan ini nantinya yang akan diberikan ke keluarga.
Jenazah dipastikannya lagi, bahwa masih berada di RS Bhayangkara Palu.
0 Comments